Dalam semangat “Sentire Cum Ecclesia”—merasa, berpikir, dan bertindak bersama Gereja—sebanyak 135 biarawan/wati Pemimpin Komunitas dari berbagai tarekat dan kongregasi , termasuk 14 Piko dari Kongregasi FIC yang berkarya di Keuskupan Agung Semarang (KAS) berkumpul dalam Temu Piko di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan (PPSM) pada Selasa–Rabu, 25–26 Februari 2025. Pertemuan ini menjadi sarana refleksi dan sinergi dalam perutusan bersama, meneguhkan kembali panggilan hidup bakti sebagai bagian dari satu tubuh Kristus.
a. Menjadi satu dalam Misi Gereja
Acara diawali dengan doa pembuka dan perkenalan peserta, yang mencerminkan keberagaman dan kekayaan hidup membiara dalam lingkup KAS. Romo F.X. Sugiana, Pr, selaku Vikaris Jenderal KAS, memberikan pengantar dan ucapan selamat datang, serta memaparkan situasi terkini dalam keuskupan, termasuk dinamika sejarah keberadaan tarekat religius sejak sebelum berdirinya KAS. Beliau mengatakan bahwa sejak dahulu, para biarawan dan biarawati telah berperan dalam mewartakan Injil, mendidik, serta melayani umat dengan berbagai cara.
Pada sesi berikutnya, Bapa Uskup Mgr. Robertus Rubiyatmoko, Pr, memberikan materi utama bertajuk “Sentire Cum Ecclesia”. Beliau menegaskan bahwa seluruh biarawan/wati yang berkarya di KAS diharapkan memiliki kesatuan hati dengan Gereja, sehingga dalam pelayanannya, mereka bukan hanya mewakili kongregasi masing-masing tetapi juga menjadi bagian integral dari misi dan pastoral Keuskupan Agung Semarang. Bapa Uskup menekankan pentingnya bekerja terpadu dalam satu kesatuan karya, tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi senantiasa mengutamakan kesaksian hidup bersama dalam Gereja. Semua tugas kerasulan yang dijalankan oleh tarekat religius harus dilakukan dalam persekutuan dengan Gereja dan atas mandat Gereja, sehingga tidak hanya mengembangkan spiritualitas kongregasinya masing-masing tetapi juga selaras dengan visi Gereja lokal.
b. Arah pastoral dan komitmen bersama
Dalam pertemuan ini, kebijakan pastoral KAS kembali ditegaskan, khususnya yang telah dirumuskan dalam Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS) 2016–2035 serta Arah Dasar (Ardas) KAS. RIKAS menjadi acuan strategis dalam pelayanan pastoral di keuskupan, yang mengarahkan bagaimana komunitas religius dapat mengambil bagian secara lebih mendalam dalam pembangunan iman dan kesejahteraan umat. Mgr. Robertus Rubiyatmoko, Pr menegaskan pentingnya menghidupi semangat hidup religius dalam kesederhanaan dan kebersamaan. Dengan ungkapan khas “Lungguh bareng, rembugan bareng, mutuske barang, nandangi bareng”, beliau mengajak semua biarawan/wati untuk selalu berjalan bersama dalam pelayanan, berbagi visi, dan berkolaborasi dalam tugas perutusan. Kesaksian hidup yang otentik dari para religius akan menjadi sarana efektif untuk menyebarkan semangat panggilan hidup membiara, terutama bagi generasi muda.
c. Pencerahan dan dialog dalam kesatuan Gereja
Hari kedua dimulai dengan ibadat pagi bersama, menciptakan suasana hening dan reflektif sebelum dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi sebagai sumber kekuatan dalam perutusan.
Setelah itu, peserta mendapatkan pemaparan dari Rm. Ign. Suharyono, Pr, (Ekonom KAS) yang menjelaskan tata kelola harta benda Gereja, serta dari Rm. Silvester Susianto, MSF (Sekretaris KAS), yang menyampaikan informasi mengenai administrasi dan data umat di KAS. Para peserta diberikan wawasan mengenai ketertiban administrasi dalam pengelolaan komunitas religius, termasuk pemberitahuan resmi jika ada anggota tarekat yang masuk atau pindah dari KAS, serta mekanisme pembentukan komunitas atau biara baru di wilayah KAS. Selain itu, dipaparkan pula pentingnya penyusunan kontrak atau MoU dengan Keuskupan bagi tarekat yang memiliki karya kerasulan di wilayah KAS, serta prosedur resmi dalam meminta pelayanan pastoral dari Uskup. Kejelasan dalam tata kelola ini diharapkan dapat meningkatkan kerja sama antara Keuskupan dan tarekat religius, sehingga pelayanan yang dilakukan dapat berjalan lebih efektif dan sesuai dengan arahan Gereja.
d. Menemukan langkah konkret dalam hidup membiara
Pertemuan ini ditutup dengan sesi diskusi kelompok, di mana para peserta berbagi pengalaman dan tantangan dalam tinggal dan berkarya di KAS. Beberapa pertanyaan reflektif yang dibahas antara lain:
1) Peran serta yang dapat diupayakan masing-masing tarekat dalam menumbuhkan panggilan hidup religius, mengingat semakin berkurangnya orang muda yang tertarik menjadi biarawan/wati, terutama yang berasal dari wilayah KAS.
2) Sinergi antara Keuskupan dan tarekat religius dalam menjawab kebutuhan pastoral umat.
3) Masukan dan harapan dari para religius kepada Keuskupan untuk meningkatkan efektivitas pelayanan dan kerja sama pastoral.
Hasil diskusi ini kemudian dipaparkan dalam sesi pleno, menjadi bahan refleksi bersama dalam mencari langkah konkret untuk semakin menghidupi panggilan religius secara nyata di tengah umat dan masyarakat.
e. Berjalan bersama dalam kesatuan Gereja
Temu Piko ini menjadi tanda nyata dari kesatuan hidup membiara dalam Gereja, di mana setiap biarawan/wati tidak hanya mengemban misi kongregasi masing-masing, tetapi juga mengambil bagian dalam panggilan Gereja universal. Dengan hati yang sehati-sejiwa dalam Kristus, para religius diharapkan dapat terus mempersembahkan hidupnya bagi pelayanan, senantiasa bekerja sama dalam membangun Tubuh Kristus, dan menjadi tanda harapan bagi dunia. Semoga pertemuan ini meneguhkan kembali panggilan kita sebagai Bruder FIC dan menguatkan langkah-langkah perutusan para Bruder FIC di Keuskupan Agung Semarang dan di mana pun kita berada.