Para Bruder FIC yang dikenal sebagai "Guru dari Maastricht" menemukan karya yang sesuai di tanah Jawa. Para bruder banyak berkarya di sekolah-sekolah yang didirikan untuk kaum pribumi. Dengan relasinya bersama para Pastor Jesuit, para bruder mendapatkan berbagai permintaan untuk membantu menangani karya pendidikan. Setelah para bruder pertama memulai karyanya, beberapa waktu secara bertahap dikirimlah para bruder misionaris dari Belanda untuk membantu mereka.
Setelah rumah pertama di Yogyakarta, menyusul pendirian rumah / komunitas berikutnya di Muntilan, Surakarta, Ambarawa, Semarang, Boro, hingga di Sumatera dan Kalimantan. Saat ini ada 25 komunitas Bruder FIC di Provinsi Indonesia (termasuk di dalamnya 2 komunitas di Timor Leste yang masih menjadi bagian dari FIC Provinsi Indonesia).
Seturut dengan gerak Roh yang berhembus, bukan hanya karya pendidikan sebagai guru di sekolah saja yang menjadi kerasulan para bruder di Provinsi Indonesia. Para bruder juga memiliki karya yang lain misalnya pertenunan, perkayuan, percetakan, rumah retret, panti asuhan, rumah khalwat, dan juga karya sosial karitatif.