
Allah adalah kasih, marilah kita mewartakan kasih Allah. Sebagaimana dialami oleh Mgr. Ludovicus Rutten dan Br. Bernardus Hoecken, semoga kita semakin mengalami hidup dalam penyelenggaraan Ilahi dan perlindungan Bunda Maria.
Kita telah memasuki bulan Desember. Pada hari Minggu, 3 Desember kita mulai memasuki liturgi masa adven. Masa adven adalah masa mempersiapkan diri untuk menyambut kehadiran Yesus yang dirayakan pada hari Natal.
Kalau Natal dihayati sebagai perayaan tentang Allah yang hadir dan terlibat dalam kehidupan manusiawi dan duniawi, maka kita bisa mengalami masa adven sebagai kesempatan untuk merawat kerinduan akan hadir dan terlibatnya Allah dalam kehidupan kita, baik secara pribadi maupun dalam kongregasi kita.
Masa adven dan natal terkait erat dengan peristiwa inkarnasi Allah. Pesan inkarnasi tersirat kuat dalam Konstitusi kita pada artikel 55 tentang Allah di dalam hidup kita. Paragraf pertama mengungkapkan, “Dengan kemampuan kita sendiri, kita tidak pernah dapat menjalin hubungan pribadi dengan Allah. Syukurlah bahwa Allah mewahyukan diri-Nya, sehingga kita boleh mengenal-Nya dalam iman. Dengan demikian, ia memberi kita kemungkinan untuk mencapai-Nya dalam kehidupan kita di dunia ini. Ia mengundang kita untuk mengambil bagian dalam kehidupan-Nya.”
Dari paragraf di atas, kita disadarkan bahwa inkarnasi adalah komitmen Allah agar manusia bisa mengalami hidup di dalam dan bersama dengan Allah. Karena, bila manusia hanya hidup dalam kategori dan dimensinya saja, ia tidak pernah bisa mengalami hidup di dalam serta bersama dengan Allah. Dengan demikian, dari pihak manusia yang dibutuhkan adalah merawat kerinduan untuk terus mengalami Allah dalam kehidupannya sehari-hari. Masa adven adalah salah satu masa untuk merawat kerinduan itu serta menguatkan karakter rasa butuh kehadiran dan keterlibatan Allah dalam hidup kita setiap hari.
Paragraf-paragraf berikutnya menegaskan tentang apa artinya percaya akan Allah bagi kita sebagai bruder FIC. Ditegaskan: “Percaya akan Allah berarti kita melihat kehidupan biasa sehari-hari dalam terang yang baru; kita diberi kesempatan untuk menjalin hubungan kasih dengan Allah yang mahakasih.”
“Percaya akan Allah berarti kita mengalami kasih kesetiaan-Nya di dalam seluruh ciptaan dan di dalam kenyataan hidup biasa sehari-hari.”
“Percaya akan Allah berarti kita dapat menemukan Dia dalam mencintai sesama dan dalam mengalami kasih mereka.”
“Percaya akan Allah berarti kita akan sering mengalami kegelapan, namun kasih-Nya selalu menyertai ki
Pesan dari Konstitusi artikel 55 menolong kita untuk menjadikan hidup kita sebagai Bruder FIC menjadi hidup yang inkarnatif. Paragraf dua, tiga, empat, dan lima adalah upaya-upaya konkret agar hidup kita berproses tahap demi tahap menjadi hidup yang inkarnatif. Pada hidup yang inkarnatif itu, kita akan mengalami Allah yang hadir dan terlibat dalam kehidupan sehari-hari kita Cara hidup kita akan menghadirkan Allah dalam hidup sehari-hari. Maka tidak mengherankan bila pada akhirnya setiap orang yang berjumpa dan berdinamika bersama kita juga akan mengalami Allah yang hadir dan terlibat dalam kehidupannya. Ssungguhnya, untuk hal inilah panggilan kita sebagai FIC.