Indahnya Kesepakatan Bersama

Indahnya Kesepakatan Bersama

Meniti Langkah untuk menapaki jalan panggilan sebagai Bruder FIC memang membutuhkan suatu perjuangan yang terus menerus perlu diupayakan dengan pembaharuan hidup. Saya merefleksikan perjalanan saat memulai menanggapi panggilan Tuhan menjadi Bruder FIC belum pernah terpikirkan yang namanya hidup bersama. Dalam hidup bersama sebagai anggota kongregasi ada sesama yang memiliki berbagai macam karakter, usia, pengalaman dan tingkat kedewasaannya pun berbeda-beda. Sehingga tak jarang bahwa pendapat, gagasan satu dengan yang lain bisa berbeda. Perbedaan itulah yang harus disadari bukan menjadi penghalang untuk mewujudkan pembaktian diri, tetapi sebagai penguat, pendukung dalam mewujudkan persekutuan dan persaudaraan religious. Memang tidak mudah untuk memahami perbedaan di antara sesama, butuh latihan tahap demi tahap, dan melalui berbagai pengalaman hidup sehari-hari.

Maka saat masa orientasi calon postulan waktu itu menjadi hal baru bagi saya untuk memulai menjalani pola hidup bersama dengan teman satu angkatan. Dalam teman seangkatan pun juga perlu suatu pemahaman antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Kadang kami pun juga masih terbawa egoisme atau idealisme diri, masih merasa diri paling baik, paling benar, hal itulah yang terkadang menjadi permasalahan kami. Tetapi hari demi hari kami belajar untuk beradaptasi, menyesuaikan diri satu dengan yang lain serta memahami sesama dalam  hidup bersama. Salah satu cara yang saya usahakan untuk bisa memahami sesama dengan menaati dan terlibat dalam kesepakatan-kesepakatan bersama. Untuk dapat menaati kesepakatan-kesepakatan bersama diperlukan suatu penyangkalan diri. Dalam mewujudkan kesepakatan bersama terkadang perlu mengesampingkan kepentingan diri, dan disinilah letak pembaktian diri yang saya maknai. Sekecil apapun partisipasi yang saya berikan demi terwujudnya kesepakatan bersama, membuat diri saya diperhitungkan, dianggap keberadaannya. Demikian sebaliknya, jika saya tidak memperhatikan kesepakatan bersama, akan menjadi suatu beban/pertanyaan bagi orang lain dan membuat kehidupan bersama menjadi tidak nyaman. Untuk itu melaksanakan kesepakatan bersama menjadi sesuatu yang indah dalam kehidupan bersama dan melalui pemberian diri untuk menyepakati kesepakatan bersama justru semakin banyak hal yang saya dapatkan dari sesama di komunitas.

Panggilan menjadi Bruder FIC adalah panggilan untuk membentuk persekutuan dan persaudaraan religius, merupakan suatu rahmat bagi kami para Bruder FIC.

Kesatuan kita sebagai kongregasi merupakan kesatuan dalam keanekaragaman. Kita mengejar kesatuan, tetapi kita menghormati keanekaragaman yang terdapat dalam kesatuan itu.

Kita merupakan satu kongregasi, tetapi tidak mengikat seorang dengan yang lain dengan keseragaman yang kaku. Keanekaragaman ini memiliki pengaruh yang memperdalam dan memperkaya, apabila dilaksanakan secara tepat. Keanekaragaman tidak perlu merusak kesatuan kita (Konstitusi FIC Artikel 43).

 

Menjadi Bruder FIC adalah suatu rahmat, karena setelah direfleksikan banyak hal yang tak terpikirkan sebelumnya tetapi terjadi. Membentuk persekutuan dan persaudaraan religius merupakan langkah untuk mewujudnyatakan panggilan hidup sebagai Bruder FIC. Persekutuan dan persaudaraan dapat dibangun dengan adanya kesepakatan-kesepakatan bersama dan kesadaran untuk menaati kesepakatan-kesepakatan bersama tersebut. Maka yang membuat indah dalam kehidupan bersama adalah adanya kesadaran untuk membentuk persekutuan dan persaudaraan religius dengan menaati kesepakatan-kesepakatan bersama. Sesama yang  tinggal dalam komunitas bukan pribadi yang saya pilih sendiri, tetapi pribadi yang diutus oleh pemimpin untuk bersama-sama membangun persekutuan, maka kemampuan untuk beradaptasi dengan sesama dibutuhkan dalam menghayati panggilan sebagai Bruder FIC. Untuk itu doa mohon rahmat dalam membangun persekutuan menjadi hal yang penting dan mendasar karena hanya pertolongan dari Tuhanlah yang memampukan untuk dapat membangun persekutuan dan persaudaraan religius.

Agar kita Bersama-sama dapat mewujudkan cita-cita hidup kita, dengan mengikuti teladan para pendiri kongregasi, perlulah kita mengadakan kesepakatan bersama. Untuk itu diperlukan : Konstitusi, Statuta Kongregasi, Statuta Provinsi, Peraturan-peraturan yang berlaku bagi setiap komunitas. (Konstitusi FIC Artikel 13)

Kesepakatan bersama membuat kehidupan bersama yang terdiri dari keberagaman dapat berjalan seiringan dan meminimalisir idealisme pribadi yang terkadang tidak sesuai dengan pembaktian diri dan panggilan hidup sebagai Bruder FIC. Untuk itu rapat komunitas menjadi sarana yang baik untuk membicarakan dan menentukan langkah kedepan dalam menapaki panggilan Tuhan. Indahnya dalam membangun persekutuan dan persaudaraan religius berdasarkan kesepakatan bersama dan campur tangan Tuhan yang selalu siap untuk menopang dan menyelenggarakan hidup ini.  Semoga kita semua saling mendoakan dan mendukung dalam upaya dan perjuangan kita masing-masing,  khususnya bagi kami yang berjuang menanggapi panggilan Tuhan menjadi Bruder FIC.