Rabu, 1 Januari, Lukas 2 :16—21
- HR SP Maria Bunda Allah
Theotokos
Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. (Luk. 2:17-18).
Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah (Theotokos) adalah perayaan iman yang diteguhkan dalam Konsili Efesus pada tahun 431. Dalam konsili ini, Gereja menegaskan bahwa Maria adalah Theotokos, "Bunda Allah," bukan hanya sebagai penghormatan kepada Maria, tetapi sebagai pengakuan terhadap kebenaran iman akan Yesus Kristus yang sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Injil Lukas 2:16-21 menunjukkan bagaimana Maria berperan sebagai ibu yang merenungkan karya agung Allah dalam keheningan hati. Gelar Theotokos meneguhkan perannya sebagai ibu Sang Sabda yang menjadi manusia, yang membawa keselamatan kepada dunia.
Dalam misteri kelahiran Yesus, Maria menunjukkan teladan kesetiaan dan ketaatan yang sempurna kepada rencana Allah. Ia tidak hanya memberikan tubuh dan hidupnya untuk karya penjelmaan, tetapi juga menjadi ibu yang menyertai perjalanan iman Sang Putra hingga akhir. Dengan menerima nama "Yesus" yang berarti "Allah menyelamatkan," Maria membantu kita memahami misi keselamatan yang dibawa oleh Putranya. Dalam merayakan Maria sebagai Theotokos, kita diundang untuk melihat betapa besar kasih Allah yang hadir melalui Maria, yang tidak hanya menjadi alat dalam karya penebusan, tetapi juga ibu bagi Gereja dan seluruh umat beriman.
Diantara semua orang, Marialah yang secara paling erat dipersatukan dengan Yesus. Dialah ibu-Nya, dan disebut ibu semua umat beriman. Hidup kita sebagai bruder berada di bawah perlindungan istimewa Bunda Maria. (Konst. FIC art. 75).
Refleksi
Bagaimana keyakinanku bahwa Maria adalah Theotokos mempengaruhi cara aku menghormatinya dan memahami misteri keselamatan melalui Yesus Kristus?
Doa (Bersama)
Ya Allah, dalam kebijaksanaan-Mu yang tak terhingga, Engkau memilih Maria sebagai Theotokos, Bunda Putra-Mu yang ilahi. Bantulah kami untuk selalu menghormatinya dengan kasih yang tulus dan mengikuti teladannya dalam menyimpan dan merenungkan karya kasih-Mu. Amin.
Pengutusan
Renungkanlah misteri Maria sebagai Theotokos dalam doa Rosario atau melalui bacaan rohani!
Berdoa khusus bagi:
Komunitas Stanislaus Kostka, Ambarawa:
- Br. Antonius Sumardi
- Br. Frans Sugi
- Br. Andreas Djoko Purnomo
- Br. Yakobus Aditiya
Kamis, 2 Januari, Yohanes 1:19—28
Misi Sejati
Yohanes menjawab mereka, katanya: "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak." (Yoh. 1:26—26).
Injil Yohanes 1:19-28 menggambarkan kesaksian Yohanes Pembaptis tentang dirinya dan misi utamanya: mempersiapkan jalan bagi Sang Mesias. Yohanes dengan rendah hati mengakui bahwa dirinya bukanlah Kristus, melainkan "suara orang yang berseru di padang gurun" (ay. 23). Ia menolak kemuliaan duniawi dan terus mengarahkan hati orang-orang kepada Yesus, Sang Anak Domba Allah. Sikap rendah hati Yohanes ini mengajarkan kita untuk tidak mencari pengakuan bagi diri sendiri, melainkan menjadi alat Tuhan yang menunjukkan kemuliaan-Nya.
Dalam hidup kita, sering kali ada godaan untuk mencari penghormatan atau pengakuan atas karya kita, tetapi Yohanes mengingatkan bahwa misi sejati adalah membawa orang kepada Allah, bukan kepada diri kita sendiri. Refleksi ini mengajak kita bertanya: sejauh mana hidup kita menjadi kesaksian yang membawa orang lain kepada Kristus? Dalam kesederhanaan dan kesetiaan Yohanes, kita diajak untuk merenungkan apa yang menjadi fokus utama hidup kita, apakah kehendak Tuhan atau ambisi pribadi kita sendiri.
Di dalam Gereja ini, kita berusaha mewujudkan pembaktian kita kepada Allah secara khusus di dalam Kongregasi. (Konst. FIC art. 6 ).
Refleksi
Apakah aku sudah menjalani panggilan hidupku dengan rendah hati seperti Yohanes Pembaptis, menjadi suara yang mengarahkan orang lain kepada Yesus?
Doa (Bersama)
Allah yang Mahakasih, berilah anugerahkanlah kami semangat rendah hati seperti Yohanes Pembaptis, agar kami dapat menjalani panggilan hidup kami sebagai orang Kristen dan religius dengan setia dan membawa kemuliaan bagi nama-Mu. Bimbinglah kami untuk menjadi saksi yang hidup atas kasih-Mu di dunia. Amin.
Pengutusan
Hari ini, berusahalah untuk menjadi saluran kasih Tuhan dalam tindakan kecil—baik dalam kata-kata yang membangun maupun perbuatan yang tulus.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas Annunciata, Rumah Retret Syalom, Bandungan:
- Br. Albertus Hariyadi
- Br. Heribertus Irianto Mulyono
- Br. Jaimito Tan Tuames
- Br. Gregorius Yoan Danu Tama
- Br. Gembira Fransiskus Simbolon
- Sr. M. Josefiana, AK
- Sr. M. Agnesia, AK
Jumat, 3 Januari, Yohanes 1:29—34
- Pesta Nama Yesus yang Tersuci
Nama Yesus
Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. (Yoh. 1:29-30).
Injil Yohanes 1:29-34 memperkenalkan Yesus sebagai "Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia." Yohanes Pembaptis bersaksi bahwa ia melihat Roh Kudus turun atas Yesus, menandai Dia sebagai yang diurapi Allah. Kesaksian ini menjadi inti pewartaan Kristiani: Yesus adalah Sang Penebus yang datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa dan membawa mereka kepada kehidupan kekal. Pesta Nama Yesus yang Tersuci mengingatkan kita akan makna mendalam dari nama Yesus, yang berarti "Allah menyelamatkan." Dalam nama ini, terkandung kekuatan, pengampunan, dan keselamatan bagi dunia.
Nama Yesus tidak hanya sebuah nama, tetapi panggilan untuk hidup dalam kasih dan penyerahan kepada kehendak Allah. Ketika Yohanes menunjuk kepada Yesus sebagai Anak Domba Allah, ia mengarahkan kita untuk percaya pada pengorbanan Kristus yang membebaskan. Dalam hidup sehari-hari, kita sering menghadapi dosa dan kelemahan. Namun, nama Yesus menjadi sumber kekuatan untuk bertobat, melangkah dalam iman, dan hidup sebagai saksi kasih Allah. Pesta ini mengajak kita untuk merenungkan: apakah nama Yesus telah menjadi pusat dari iman dan kehidupan kita?
Dalam diri Yesus dari Nazaret, kita melihat citra Allah yang hidup. Dalam diri Yesus dari Nazaret, Allah adalah manusia bersama kita. (Konst.FIC art. 3).
Refleksi
Apakah aku telah memanggil nama Yesus dengan iman dan percaya pada kuasa-Nya untuk mengubah hidupku dan membawa keselamatan?
Doa (Bersama)
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Anak Domba Allah yang menebus dosa-dosa dunia. Jadilah pusat hidup kami, penuhilah hati kami dengan kasih-Mu, dan tuntunlah kami untuk hidup sebagai saksi yang setia akan keselamatan-Mu. Amin.
Pengutusan
Renungkan arti nama Yesus bagiku, dalam doa pribadi!
Berdoa khusus bagi:
Komunitas St. Maria Ratu Kenya, Danan, Giriwaya:
- Br. Petrus Paijan
- Br. Heribertus Triyanto
- Br. Paskalis Baylon Puryoko
Sabtu, 4 Januari, Yohanes 1:35—42
Perjalanan Iman
Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka, "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya, "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?" Ia berkata kepada mereka, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. (Yoh, 1:38—39).
Dalam Injil Yohanes 1:35-42, kita melihat perjumpaan pertama antara Yesus dan murid-murid-Nya. Yohanes Pembaptis, dengan rendah hati, menunjuk kepada Yesus sebagai "Anak Domba Allah," dan dua muridnya mengikuti Yesus. Ketika Yesus bertanya, "Apakah yang kamu cari?" mereka menjawab dengan sebuah keinginan sederhana tetapi mendalam: "Rabi, di manakah Engkau tinggal?" Jawaban Yesus, "Marilah dan kamu akan melihat," mengundang mereka untuk memulai perjalanan iman, sebuah perjalanan untuk mengenal Dia lebih dalam dan menemukan makna sejati hidup.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa iman dimulai dengan langkah pertama: mengikuti Yesus dengan kerinduan untuk mengenal-Nya lebih dalam. Pertanyaan Yesus, "Apakah yang kamu cari?" adalah undangan refleksi bagi kita semua. Apakah kita mencari kedamaian, makna, atau jawaban atas kekosongan jiwa kita? Yesus adalah jawaban atas semua kerinduan itu. Dalam perjalanan bersama-Nya, kita tidak hanya menemukan tempat tinggal-Nya, tetapi juga identitas kita sebagai murid-Nya. Seperti Andreas yang membawa saudaranya Simon kepada Yesus, kita dipanggil untuk membagikan sukacita perjumpaan dengan Yesus kepada orang lain.
Kristus memanggil kita untuk membaktikan diri kita bagi datangnya Kerajaan Allah, yaitu kerajaan “kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus”. (Konst.
Refleksi
Apakah aku sungguh mencari Yesus dengan hati yang rindu, dan apakah aku sudah mengikuti-Nya dalam perjalanan iman yang lebih mendalam?
Doa (Bersama)
Tuhan Yesus Kristus, Engkau memanggil kami untuk datang dan melihat tempat tinggal-Mu. Bimbinglah langkah-langkah kami agar kami semakin dekat dengan-Mu, dan jadikan hidup kami sebagai sarana untuk membawa orang lain kepada-Mu. Amin.
Pengutusan
Renungkanlah pertanyaan Yesus, "Apakah yang kamu cari?" dalam keheningan doa.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas St.Bernardus Deltamas, Bekasi:
- Br. Arnorldus Masdiharja
- Br. Stephanus Ngadenan
- Br. Antonius Hardianto
Minggu, 5 Januari, Matius 2:1—12
- HR Penampakan Tuhan
Terang Epifani
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." (Mat. 2:1—2).
Hari Raya Penampakan Tuhan (Epifani) adalah perayaan kehadiran Allah yang menyatakan diri-Nya kepada semua bangsa. Dalam Injil Matius 2:1-12, kita melihat para majus yang datang dari Timur mencari "Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan" dengan bimbingan bintang. Perjalanan mereka yang panjang adalah simbol pencarian manusia akan kebenaran dan makna hidup. Para majus membawa persembahan emas, kemenyan, dan mur melambangkan Yesus sebagai Raja, Allah, dan korban penebusan. Epifani menjadi tanda bahwa keselamatan Allah bukan hanya bagi Israel, tetapi bagi seluruh dunia.
Kisah para majus juga mencerminkan panggilan kita untuk mencari Allah. Herodes melambangkan sifat egoisme dan haus akan kekuasaan, sedangkan para majus melambangkan kerendahan hati dan ketekunan. Ketika mereka bertemu Yesus, hidup mereka berubah, mereka kembali melalui jalan lain. Hal ini menunjukan bahwa perjumpaan dengan Kristus mengubah arah hidup kita, dari jalan duniawi menuju jalan yang dikehendaki Allah.
Epifani mengundang kita untuk menjadi "bintang" bagi sesama, menunjukkan jalan kepada Kristus melalui kesaksian hidup kita.
Menjadi manusia yang baik, menjadi manusia yang lebih baik, berarti berkembang ke arah Yesus, semakin menyerupai Yesus, menimba kehidupan dari hidup-Nya. (Konst. FIC art. 4 ).
Refleksi
Bagaimana aku dapat menjadi terang bagi orang lain, memimpin mereka menuju Yesus, Sang Terang Dunia?
Doa (Bersama)
Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah terang bagi segala bangsa. Terangi hati kami agar kami dapat melihat jalan-Mu dan membagikan terang-Mu kepada sesama. Jadikan kami saksi kasih dan kebaikan-Mu di dunia ini. Amin.
Pengutusan
Menjadi terang bagi sesama melalui perbuatan atau perkataan, di komunitas dan tempat karya!
Berdoa khusus bagi:
Komunitas Staf Rumah Khalwat Roncalli, Salatiga:
- Br. Petrus Anjar Trihartono, FIC
- Br. Anton Sumardi, FIC
- P. Aloy. Rinata Hadiwardaya, MSF
- Br. Petrus Suparyanto, FIC
- Br. Yoezep Margiyanto
- Sr. Grace Budiman, SDP
Senin, 6 Januari, Matius 4:12-17.23-25
Tobat
Waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya, "Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, -- bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang." Sejak waktu itulah Yesus memberitakan, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!" (Mat 4:12—17).
Matius mengidentifikasi pembaca Injilnya sebagai “bangsa yang tinggal dalam kegelapan telah melihat terang yang besar.” Kegelapan menggambarkan suasana hidup tanpa iman akan Allah. Terang itu sendiri memancar dari Yesus. Dialah Terang Sejati.
Matius melukiskan bagaimana Yesus memulai pengajaran-Nya dengan mengajak orang sebangsa untuk bertobat dan hidup menurut kehendak Allah. Hidup menurut bimbingan Roh. Hidup sebagai anak-anak Terang. Pertobatan menjadi pintu masuk untuk ambil bagian dalam hidup Allah sendiri. Hidup bersama Allah digambarkan hidup dalam damai sejahtera, gembira dan bahagia sejati.
Menyadari bahwa kita dipanggil untuk bersatu dan bersetia kawan, kita mewartakan Kristus yang seorang kepada yang lain dan kepada semua orang. (Konst. FIC art. 35).
Refleksi
Sisi-sisi manakah dari pribadiku terdalam yang mendesak untuk dipertobatkan?
Doa (Bersama)
Ya Yesus, terangilah hatiku agar aku sanggup menemukan kehendak-Mu dan siap sedia mengikuti jalan-Mu menuju kegembiraan dan kebahagiaan sejati. Jadikanlah aku sebagai kaki dan tangan-Mu untuk meneruskan terang kepada sesama. Amin.
Pengutusan
Melatih diri untuk memancarkan terang lewat pewartaan yang positif.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas Bunda Terkandung Tak
Bernoda, Boro:
- Br. Marianus Sumardiyana
- Br. Redemptus Lastiya
- Br. Marcelinus Senen
- Br. Bonifasius Kasmo
- Br. Yohanes Sugiyono
- Br. Ludgerus Haryono Widodo
- Br. Yohanes Sinu
- Br. Yohanes Zendi Pamungkas
- Br. Bambang Tri Margono, OFM
Selasa, 7 Januari, Markus 6:34—44
Berbagi
Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata, "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini." Tetapi jawab-Nya, "Kamu harus memberi mereka makan! (Mrk. 6: 35—37).
Markus menampilkan kasih Yesus lewat perhatiannya kepada banyak orang yang mengikuti-Nya. Ia mendorong para murid untuk berbagi, menyediakan makanan bagi mereka. “Kamu harus memberi mereka makan!” Kesediaan para murid untuk memberikan diri dan makanan kepada para pengikut Yesus merupakan ungkapan kasih paling sederhana dan luhur. Semangat berbagi, karena gerakan hati.
Sebagai bruder, berbagi kasih dimulai dengan sesama di komunitas. Demikian kita baca dalam Konstitusi kita: Seperti umat Kristen perdana, kita juga berhasrat hidup dalam suatu persekutuan sambil berbagi milik bersama. Seperti mereka, kita ingin hidup sesuai dengan sabda dan teladan kemiskinan Kristus. Baik sebagai perseorangan maupun sebagai perse-kutuan, dalam hal penggunaan uang dan harta milik, serta segalanya yang kita terima atau kita hasilkan, kita serahkan kepada persekutuan demi pertumbuhan Kerajaan Allah, demi dunia baru-Nya, yaitu dunia “kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita.” (Konst. FIC art. 88).
Refleksi
Manakah hambatan-hambatan di dalam diri kita yang mengurangi kebebasan sikap kita untuk berbagi?
Doa (Bersama)
Ya Tuhan, semoga teladan-Mu dalam hal berbagi, semakin mewarnai pikiran, perbuatan, dan karya-karya kami setiap hari. Amin.
Pengutusan
Menyediakan waktu untuk sesama di komunitas, entah saat rekreasi bersama, saat makan bersama, atau saat luang yang lain.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas St. Perawan Maria, Bunda Allah, Wedi:
- Br. Yohanes Sumardi
- Br. Adrianus Sulistyo K.P.
- Br. Agustinus Anton Widyanto
Rabu, 8 Januari, Markus 6:45—52
Melihat Terang
"Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang." (Mat. 4: 15—16).
Waktu Matius menulis Injilnya, Galilea berada di bawah kegelapan penindasan kekaisaran Romawi. Kapernaum di Galilea, termasuk dalam daerah Naftali. Kedatangan Yesus ke Galilea, bagai terang yang menyinari tempat yang dikuasai kegelapan. Kehadiran Yesus, di mata mereka bagai melihat terang. Ia mengajar di rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa. Itulah inti pemberitaan Yesus. Kehadiran-Nya membawa damai, pengampunan, sukacita dan keselamatan.
Percaya akan Allah berarti kita melihat kehidupan biasa sehari-hari dalam terang yang baru. (Konst. FIC art. 55).
Refleksi
Bagaimana dengan hidupku? Apakah aku dipimpin oleh Roh Kebaikan? Aku sendirilah yang bisa menjawabnya?
Doa (Bersama)
Allah Bapa, curahkanlah Roh-Mu yang kudus agar aku dimampukan untuk percaya kepada Putra-Mu. Jauhkan diriku dari roh yang menyesatkan dan biarlah aku selalu dituntun oleh Roh Kebenaran. Amin.
Pengutusan
Melatih untuk terbuka pada kebenaran “baru”.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas St. Paulus, Kembangan, Jakarta Barat:
- Br. Anton Marsudiharjo
- Br. Heri Sumardjo Bekti Kristana
- Br. Fransiskus Mujiono
- Br. Yohanes Hartoko Susilo
Kamis, 9 Januari, Lukas 4:14—22a
Yesus Orang Nazaret
Semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka, "Bukankah Ia ini anak Yusuf?". (Luk. 4:22).
Lukas ingin menunjukkan bagaimana Yesus dipandang sebagai guru yang membuat pikiran orang terbuka. Pengajaran-Nya dibenarkan oleh semua orang. Mereka keheranan dengan kata-kata indah yang diucapkan Yesus. Lalu mereka mulai kurang percaya dan berkata, “Bukankah ia ini anak Yusuf?”
Orang-orang di Nazaret sudah tahu betapa terkenalnya Yesus. Mereka juga menyaksi-kan sendiri penampilan-Nya di sinagoga mereka. Lalu mereka mbatin, “Orang kita ini buat macam-macam hal hebat di lain tempat, tetapi kok tidak di Nazaret lebih dulu!” Dia itu kan anak Yusuf yang kita kenal itu, masakan tidak ingat orang sekampung!
Ditegaskan kepada mereka bahwa nubuat Yesaya (ay 18-19) menjadi kenyataan. Di tengah-tengah mereka – hari ini – hadir Mesias yang dikabarkan kedatangan-Nya oleh nabi-nabi dan dinanti-nantikan orang selama berabad-abad. Tetapi mereka tak mengangkap!
Yesus kemudian berbicara mengenai Elia dan Elisa, untuk menyindir bahwa mereka mengharapkan yang tidak-tidak. Mereka mau melihat yang menakjubkan saja. Demam mukjizat, yang dikisahkan selanjutnya membuat orang-orang Nazaret murka dan menyeret Yesus ke tebing mau menghempaskan-Nya ke bawah. Ia datang membawa kebebasan batin dan kemerdekaan berpikir. Namun, mereka menginginkan hal-hal yang lebih spektakuler. Mereka menolak kehadiran Yang Ilahi demi keinginan melihat mukjizat.
Mengenai Yesus, Konstitusi kita menegaskan, “Pewahyuan kasih Allah yang paling utama yaitu Yesus Kristus. Dalam Dia, Allah yang tak terbatas telah datang di antara kita, dalam penjelmaan yang terbatas dan duniawi. Yesus Kristus itulah Allah beserta kita; Yesus Kristus itulah saudara kita, sama seperti kita dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa”. (Konst. FIC art. 56).
Refleksi
Sudahkah aku membiarkan diri dikuasai oleh Yang Ilahi? Manakah praktik hidup konkrit tanda-tanda Allah dan kehadiran-Nya merajai diriku?
Doa (Bersama)
Ya Yesus, ajari kami untuk terus belajar hidup dalam sikap terus-menerus mendengarkan dan membiarkan diri dikuasai oleh Roh Ilahi daripada kemegahan-kemegahan duniawi. Amin.
Pengutusan
Memberikan diri untuk dikuasi Roh Tuhan dengan mendengarkan suara hati dan mengikuti-Nya.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas Belitang, Sumatra Selatan:
Jumat, 10 Januari, Lukas 5: 12—16
Menjadi Tahir
Kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa. (Luk. 5:15—16).
Dikatakan, setelah Yesus mentahirkan si kusta, Ia mengundurkan diri dan tinggal di “tempat yang sunyi”, dari kata Yunani “eremos” yang juga sering dialihbahasakan sebagai padang guru yang memang terpencil dan sunyi. Dalam kesunyian, kekuatan Ilahi tetap menyertai-Nya. Kisah ringkas ini menjadi ajakan untuk menemukan Dia yang mengusahakn diri agar Bersama dengan Yang Mahakuasa. Di situlah kekuatannya, di situ terjadi kesembuhan yang utuh.
Kita diajak Markus untuk menyelami perasaan-Nya agar makin mengenal siapa itu Dia. Kita diajak menyadari adanya halangan-halangan yang membuat kebaikan terbelenggu. Diajak menyadari tempat Yang Ilahi hadir secara nyata sekarang tidak lagi di Bait Allah, tetapi di tempat Yesus berada. Dialah Bait yang baru! Dia juga yang menyatakan orang kusta menjadi tahir kembali. Ini warta yang melegakan yang disampaikan Injil!
Injil menunjukkan kebesaran Kerajaan Bapa-Nya. Mengenai Injil, Konstitusi kita menegaskan, “Oleh karena itu, menjadi manudia yang baik, menjadi manusia yang lebih baik, berarti berkembang kearah Yesus, semakin menyerupai Yesus; menimba kehidupan dari hidup-Nya; menjadikan Kabar Gembira Kerajaan Allah pesan bagi kita sendiri.” (Konst. FIC art. 4).
Refleksi
Sudahkah aku membiarkan diri dikuasai oleh Injil? Ataukah sebaliknya, godaan-godaan manakah dalam diriku yang membelokkan inti Kabar Gembira yang diwartakan Yesus?
Doa (Bersama)
Ya Yesus, ajari kami untuk terus belajar tegas untuk tidak mengikuti hal-hal yang membelokkan cita-cita hidup Injili. Mampukanlah kami untuk terus-menerus membiarkan diri Kaukuasai, agar kami mampu menjadi pewarta kasih-Mu. Dengan cara itulah kami menjadi pewarta-pewarta akan datangnya Kerajaan-Mu. Amin.
Pengutusan
Memberikan diri untuk dikuasi Injil Tuhan dengan melawan godaan-godaan yang membelokkan warta sukacita Injili.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas St. Bernardus, Ketapang:
- Br. Thomas Tefa
- Br. Lorentius Edy Wahyudi
- Br. Yohanes Albert Pratama
- Br. Justinus Juadi
Sabtu, 11 Januari, Yohanes 3:22—30
Kebesaran Hati
Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. (Yoh. 3: 29—30)
Tidak semua orang mempunyai kebesaran hati untuk menjadi orang kedua atau orang yang bekerja di balik layar. Hampir semua orang ingin menjadi nomor satu dan terkemuka. Tidak mudah memiliki kebesaran hati dan tahu diri seperti Yohanes. Tatkala para murid melapor kepada Yohanes tentang Yesus yang begitu banyak pengikut-Nya, ia justru menunjukkan kebesaran hatinya. Yohanes turut bersukacita ketika mendengar Yesus diterima banyak orang.
Seorang yang berbesar hati akan turut bersukacita ketika melihat keberhasilan, kemajuan dan kegembiraan orang lain. Di sisi lain, kita ikut prihatin manakala kegagalan, kesusahan, dan derita melanda sesama. Tidak mudah, namun kasih karunia Tuhan akan memampukan kita untuk melewati setiap proses yang menjadikan kita seorang yang berbesar hati. Begitu juga kalau kita mendapat tugas yang tidak sesuai dengan keinginan, harapan dan cita-cita kita. Dibutuhkan kebesaran hati untuk menerimanya.
Dalam pengabdian kerasulan, kita diharapkan sanggup bekerja dengan cara bagaimana pun serta di mana saja kongregasi – melalui para pemimpin kita – mengendaki, terutama jika hal ini berlawanan dengan keinginan, kesenangan, atau penilaian kita sendiri. Hal ini mungkin amat sulit, namun sebagai religius kita menyediakan diri kita secara total. (Konst. FIC art. 23).
Refleksi
Mudahkah aku bekerja di balik layar? Atau aku justru lebih ingin menonjolkan diri?
Doa (Bersama)
Tuhan, mampukan kami untuk dengan rasa syukur menerima tugas yang dipercayakan kongregasi. Amin.
Pengutusan
Rela tidak terkenal demi kebaikan bersama.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas Maria Mediatrix, Klaten:
- Br. Nicolas Budihardja
- Br. Agustinus Sakiman
- Br. Agustinus Sudarmadi
- Br. Leonardus Paryoto
Minggu, 12 Januari, Lukas 3:15-16,21-22
Anak Kesayangan
Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit, "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." (Luk. 3: 21—22)
Yesus dibaptis di sungai Yordan. Mengapa Yesus sebagai Allah Putra dibaptis? Pembaptisan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus adalah bentuk pernyataan diri kepada umat apa yang akan diperbuat Allah bagi manusia. Inilah mengapa setelah pembaptisan Allah berseru, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan”. Berdasarkan prinsip dasar itu, pembaptisan hendak menunjukkan kepada manusia tentang karya keselamatan, yaitu peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus untuk penebusan dosa manusia.
Dengan Yesus dibaptis oleh Santo Yohanes Pembaptis menegaskan bahwa Allah yang telah menjadi manusia itu “mengosongkan diri-Nya” untuk keselamatan manusia. Pemahaman ini juga dimengerti oleh Santo Paulus dalam suratnya kepada orang Filipi yang mengatakan bahwa Kristus yang adalah Allah “mengosongkan diri-Nya, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama sebagai manusia” (Flp. 2:6). Oleh sebab itu melalui sakramen baptis yang telah kita terima mengandung makna berkembang ke arah Yesus, semakin menyerupai hidup-Nya dan dengan jalan demikian kita akan menjadi anak kesayangan Bapa.
Yesus mewahyukan kepada kita citra manusia yang memenuhi kehendak Allah secara sempurna. Oleh karena itu, menjadi manusia yang baik, menjadi manusia yang lebih baik, berarti berkembang ke arah Yesus; menimba kehidupan dari hidup-Nya, menjadikan Kabar Gembira Kerajaan Allah bagi kita sendiri. (Konst. FIC art. 5).
Refleksi
Sudahkan aku sebagai bruder menjadi anak kesayangan Tuhan? Dalam hal apa?
Doa (Bersama)
Semoga dari hari ke hari kami semakin menjadi anak kesayangan-Mu dengan hidup menyerupai Putra-Mu Yesus. Amin.
Pengutusan
Ikhlas membantu sesama.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas Postulat, Muntilan:
- Br. Savio Gino Nataprayoga
- Br. Johanes Warisa
- Br. F. A. Galih Sih Hartanta
- Br. Antonius Teguh Nugraha
- Br. Stefanus Agus Faisal
- Fr. Egenius Paso Haram
Senin, 13 Januari, Markus 1:14—20
Sepenuhnya Berbakti
Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."(Mrk.1:16—17)
Menyadari betapa pentingnya pewartaan Injil dan mendesaknya kelanjutan karya-Nya di dunia, Yesus membutuhkan bantuan dari para murid. Maka, dipilihlah beberapa orang dari penjala ikan untuk dijadikan penjala manusia. Para murid bukan orang-orang hebat, mereka adalah orang-orang biasa, sederhana, mungkin juga tidak pandai. Mereka adalah nelayan. Pekerjaan bagi rakyat jelata. Akan tetapi, Yesus berinisiatif untuk memilih mereka dan mengubah mereka dari penjala ikan menjadi penjala manusia.
Para murid yang dipanggil pun tidak banyak protes. Mereka langsung mengikuti Yesus dan meninggalkan apa yang selama ini mereka tekuni. Menjadi murid Yesus adalah rahmat. Inisiatif itu pertama-tama datang dari Yesus. Dari pihak para murid hanya dibutuhkan kemauan untuk berkata “siap”. Bahkan mereka tidak ada persiapan sama sekali. Mereka segera meninggalkan apa yang selama ini jadi andalan mereka dan dengan segera dan tanpa menunda mereka mengikuti Yesus. Bagi para murid hidup dan karya Yesus memikat hatinya dan rela membaktikan hidup-Nya seutuhya untuk kemuliaan Tuhan.
Sebagai bruder dalam kongregasi ini, sepenuhnya membaktikan diri demi pelayanan kepada Allah dan demi pelayanan kepada kedatangan Kerajaan-Nya. Dalam kasih, kita membaktikan diri kita kepada Dia yang penuh kasih. (Konst. FIC art. 76).
Refleksi
Apa yang masih bisa aku usahakan agar aku semakin menjadi perpanjangan kasih Tuhan?
Doa (Bersama)
Allah bapa, berilah kami hati yang terbuka seperti para murid yang sepenuhnya berbagi kepada pewartaan kasih-Mu. Amin.
Pengutusan
Melaksanakan kerasulan dengan sukacita
Berdoa khusus bagi:
Komunitas Immaculatae, Haji Nawi, Jakarta Selatan:
- Br. Agustinus Mujiya
- Br. Gregorius Bambang Nugroho
- Br. Valentinus Vembriyanto
- Br. Boromeus Haryono
- Br. Valentinus Pardi
Selasa, 14 Januari, Markus 1:21b—28
Sepenuhnya Percaya
Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya, "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya." Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea. (Mrk. 1: 27-28)
Kisah injil hari ini meneguhkan kita akan Yesus Kristus. Dia adalah sungguh Tuhan yang berkuasa. Tidak ada lagi sesuatu yang membuat kita ragu akan apapun. Dia sanggup melakukan segala sesuatu yang mungkin sulit kita pikirkan. Dia mengusir roh jahat yang merasuki manusia. Roh jahat pun mengenal Yesus sebagai Anak Allah yang berkuasa. Pengusiran roh jahat ini semakin menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan yang berkuasa melampaui kuasa kegelapan apapun.
Kesetiaan panggilan kita sebagai religius kadang diwarnai dengan masa-masa sulit, krisis, bahkan titik terendah dalam hidup. Kadang kita digoda roh jahat untuk lari dari apa yang sedang kita hadapi. Belajar dari Injil hari ini, kita diundang untuk berserah diri secara total kepada kuasa Allah. Memercayakan seluruh hidup dalam belaskasih-Nya. Kuasanya mampu meneguhkan kita yang lemah, menguatkan kembali panggilan yang sempat goyah oleh aneka keruwetan masalah yang sering melanda kita. Dalam Yesus kita menemukan kekuatan. Syaratnya kita sepenuhnya percaya kepada-Nya.
Percaya akan Allah berarti kita mengalami kasih dan kesetiaan-Nya di dalam seluruh ciptaan dan di dalam kenyataan hidup bias sehari-hari. Percaya akan Allah berarti kita dapat menemukan Dia dalam mencintai sesama dan dalam mengalami kasih mereka. Percaya akan Allah berarti kita sering mengalami kegelapan, namun kasih-Nya selalu menyertai kita. (Konst. FIC art. 55).
Refleksi
Sudahkah aku sepenuhnya memercayakan hidupku kepada kuasa Allah?
Doa (Bersama)
Tuhan, tambahkanlah dan kuatkanlah iman kami, terutama pada saat kami mengalami aneka kesulitan. Amin.
Pengutusan
Mengandalkan kuasa dan rahmat-Nya.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas Hati Kudus, Salatiga:
- Br. Herman Yoseph Sagiman S.S.
- Br. Petrus I Wayan Parsa
- Br. Petrus Anjar Trihartono
- Br. Petrus Suparyanto
- Br. Zakarias Puji Lestariyo
- Br. Antonius Iswanto
- Br. Florentius Widyo Rijanto
- Br. Yoezep Margiyanto
- Br. Fransiskus Saptono
Rabu, 15 Januari, Markus 1:29—39
Pentingnya Berdoa
Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. (Mrk. 1: 35).
Setelah menyembuhkan ibu mertua Simon, Yesus dijamu makan bersama para murid-Nya. Sementara itu, warga sekitar berdatangan untuk menjumpai Yesus. Pada saat itu, Yesus menyembuhkan banyak orang dari penyakit dan kerasukan setan. Yesus mempesona bagi banyak orang, semakin menjadi pusat perhatian. Yesus dicari banyak orang. Namun Yesus memilih meninggalkan rumah itu dan melanjutkan perjalanan. Pada keesokan harinya, ketika hari masih gelap, Yesus mengajak para murid untuk ke tempat sunyi dan berdoa.
Mengapa Yesus memilih waktu pagi dan tempat sunyi untuk berdoa? Yesus menyadari godaan besar yang mengiringi tindakan baik-Nya. Yesus memilih berdoa di tempat yang sunyi supaya mampu melihat kehadiran illahi dalam hidup-Nya. Inilah yang membuat Yesus tahan uji dalam menjalankan pelayanan-Nya. Ia tidak mencari diri tetapi demi kemuliaan Allah Bapa. Yesus mengupayakan kuasa terang yang dari Bapa-Nya hadir dalam setiap tindakan. Kata-kata Yesus berwibawa dan berdaya pikat karena semua ditimba dalam keheningan. Dia hadir mewakili kuasa Allah Bapa. Sebagai religius kita diundang untuk mencintai keheningan, menyatukan hidup dalam kasih-Nya.
Bentuk doa yang terbaik adalah bentuk doa yang menghadirkan dan menyingkapkan Allah sendiri, mungkin berupa doa batin atau doa yang diucapkan, bacaan yang direnungkan dan penyerahan yang mendalam. (Konst. FIC art. 65).
Refleksi
Apakah kehidupan doa merupakan prioritas dalam agenda harianku? Mengapa dan bagaimana aku mengupayakannya?
Doa (Bersama)
Allah Bapa, Engkaulah sumber kehidupan dan panggilan kami. Kami mohon semoga Engkau menjadi pusat hidup kami sehari-hari. Amin.
Pengutusan
Mencintai keheningan dan membiarkan Allah menyapa secara pribadi.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas Br. August, Sedayu:
- Br. Antonius Kurniawan Romy S.
- Br. Yustinus Wahyu Bintarto
- Br. Krisologus Pusrayan Dono
- Br. Aloysius Riyanto
Kamis, 16 Januari, Markus 1:40—45
Rindu Hidup dalam Kesucian
Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya, "Aku mau, jadilah engkau tahir." (Markus 1:40—41).
Kisah Injil hari ini melukiskan kerinduan seseorang untuk hidup dalam kesucian. Pada zaman Yesus menyandang kusta dimaknai sebagai menyandang dosa. Derita menyandang kusta bukan hanya derita fisik, tetapi juga derita psikis, mental, dan spiritual. Maka ketika si penyandang kusta melihat Yesus, ia melihat peluang dan harapan untuk terbebas dari kusta. Itu juga bermakna ia menangkap peluang untuk terbebas dari belenggu hidup dalam berbagai aspeknya, lalu hidup dalam kesucian. Ia yakin Yesus dapat membuatnya kembali hidup dalam kemerdekaan, kebermartabatan, dan kesucian. Ia berseru memohon pertolongan dari Yesus. Dan Yesus pun menanggapi permohonan si penyandang kusta itu.
Hari ini kita diajarkan untuk membangkitkan kerinduan untuk hidup dalam kesucian dan kebermartabatan. Itulah sejatinya panggilan hidup kita, yaitu hidup dalam kekudusan. Salah satu terjemahan pernyataan Konstitusi art. 1 (Menjadi Manusia), “Menjadi manusia yang sebenarnya dan yang sesungguhnya, itulah yang kita pandang sebagai tugas khusus hidup kita. Kita ingin melaksanakan tugas khusus ini dengan sungguh-sungguh” adalah konsistensi untuk mengarahkan hidup kita ke hidup dalam kesucian. Semoga kita senantiasa memiliki kerinduan ini.
Refleksi
Apakah hidup dalam kesucian masih menjadi kerinduanku?
Doa (Bersama)
Allah yang Maharahim, terima kasih atas anugerah panggilan suci bagi kami. Melalui panggilan suci ini Engkau menolong kami untuk mendapat keselamatan jiwa. Maka kami mohon pertolongan-Mu agar kami selalu memiliki kerinduan untuk hidup dalam kesucian. Amin.
Pengutusan
Membangkitkan rasa rindu hidup dalam kekudusan.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas Novisiat Kanonik, Muntilan:
- Br. Antonius Karyadi
- Fr. Herman Afrizal Sihombing
- Fr. Remigio Cuil
- Fr. Justinus Coa
Komunitas Novisiat Lanjutan, Muntilan:
- Fr. Laurensius Gde Gunawan Subrata
- Fr. Philipus Aji Sapto Wibowo
Jumat, 17 Januari, Markus 1:1—12
- Pw. St. Antonius Abas
Rindu Menjadi Yohanes Pembaptis
Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. Inilah yang diberitakannya: "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus." (Markus 1:6-8)
Marilah pada hari ini kita menikmati sosok Yohanes Pembaptis. Ia hadir sebagai pribadi yang menyiapkan kehadiran Yesus Kristus. Ia adalah model pribadi yang sadar akan perutusannya, mampu merasa cukup dengan anugerah perutusan yang diterimanya, dan menjalankan perutusan itu dengan sepenuh hati serta syukur. Yohanes Pembaptis adalah model pribadi yang selesai dengan dirinya. Karena itu ia mampu mengalami perutusannya sebagai anugerah dan kehadirannya menjadi berkat bagi kehidupan.
Sebagai Bruder FIC, kitapun ditolong untuk tumbuh berkembang dan menggapai mutu diri seperti Yohanes Pembaptis. Hal ini kita alami dalam hidup persekutuan. Maka Konstitusi 44 (Hidup Persekutuan) sebagian menyatakan, “Bersama dengan sesama bruder serumah, kita membentuk suatu persekutuan. Sebagai saudara seorang terhadap yang lain, kita hendaknya berusaha sekuat tenaga untuk menjadikan persekutuan kita suatu persekutuan cinta kasih yang nyata. Membentuk persekutuan bersama sebagai sesama bruder berarti tumbuh dalam keselarasan dan kasih sayang, menjadi sungguh dekat seorang dengan yang lain sebagai saudara.” Kita syukuri anugerah persekutuan kita.
Refleksi
Adakah yang masih harus aku olah dari hidupku agar hidupku menjadi berkat bagi kehidupan?
Doa (Bersama)
Allah yang Maharahim, Engkau memanggil kami dalam kelemahan dan kerapuhan kami. Maka seringkali kami tidak mampu mewujudkan indahnya kasih-Mu. Maka kami memohon pertolongan-Mu agar kami senantiasa mengolah hidup kami sehingga kami semakin mampu menjadi berkat bagi kehidupan ini. Amin.
Pengutusan
Memohon rahmat kesetiaan dan ketekunan merawat anugerah panggilan suci.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas St. Josef Pekerja, Don Bosko, Semarang:
- Br. Martinus T. Handoko
- Br. Thomas Didimus Sumaryadi
- Br. Yohanes Sudaryono
- Br. Theodorus Suwariyanto
- Br. Michael Sidharta Susila
- Br. Albertus Suwarto
- Br. Laurentius Baharu
- Br. F.A. Teisianus Leonardo
- Br. Thomas Nova Wibisono
Sabtu, 18 Januari, Markus 2:13—17
Menangkap Kehadiran Allah
Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia. (Markus 2:14)
Betapa beruntung Lewi anak Alfeus itu. Dalam kesibukan dan keasyikan duniawinya ia disapa oleh Yesus. Ia beruntung karena sapaan Yesus itu didengar dan segera ditanggapi. Sejak itu ia memulai penziarahan baru hidupnya bersama Yesus.
Kondisi kontras ditampakkan oleh sikap ahli-ahli Taurat dan golongan Farisi. Mereka tidak mengalami kehadiran Yesus sebagai anugerah, berkat, dan panggilan untuk memulai penziarahan hidup yang baru. Sepertinya ada kondisi yang membuat mereka tidak mampu menangkap kehadiran Allah.
Dengan menjadi Bruder FIC kita sesungguhnya sedang menanggapi sapaan Allah yang istimewa. Bahkan kita diberi kesempatan untuk ikut serta menghadirkan karya agung Allah. Potensi berahmat ini kita rawat salah satunya dengan doa. Konstitusi 59 (Doa) mengungkapkan, “Perhatian terus-menerus terhadap doa bersama dan doa pribadi merupakan bagian hakiki dari kehidupan kita sebagai religius. Kita ingin menjadi orang yang akrab dengan Allah dan semakin menjalin seluruh kehidupan kita dengan saat-saat doa.” Dengan merawat keakraban kita dengan Allah, kita merawat keterbukaan kita akan panggilan dan sapaan Allah
Refleksi
Adakah kondisi diri kita yang membuat kita kurang peka akan sapaan Allah?
Doa (Bersama)
Allah yang penuh kasih, kami mengimani bahwa Engkau senantiasa hadir dalam hidup kami. Engkau selalu ingin merawat hidup dan panggilan kami. Namun seringkali kami kurang mampu menangkap kehadiran-Mu. Maka tolonglah kami untuk senantiasa tekun dan setia merawat keterampilan untuk menangkap kehadiran dan sapaan-Mu. Amin.
Pengutusan
Membangkitkan kerinduan untuk semakin terampil menangkap kehadiran dan sapaan Allah.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas “Wisma Bernardus”, Don Bosko, Semarang:
- Br. Venantius Sartana
- Br. Yosaphat Sukosuwito
- Br. Berchmans Nyotoharjo
- Br. Anton Hadiwardaya
- Br. Antonius Paryanta
- Br. Albertus Slamet
- Br. Agustinus Giwal Santoso
- Br. Martinus Hans Gendut Suwardi
- Br. Gregorius Suhadi
- Br. Agustinus Suparno
Minggu, 19 Januari, Yohanes 2:1—11
- Pekan Biasa II
Hidup yang Dipenuhi Mukjizat
Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya. (Yoh. 2:11)
Salah satu pesan dan keutamaan rohani yang ingin dirawat dalam kisah mukjizat Allah adalah kesadaran bahwa Allah sungguh peduli dengan nasib manusia. Dalam kepedulian Allah terhadap manusia itu seringkali Allah melakukan cara-cara yang tidak biasa untuk mengurai bahkan menyelesaikan problematika hidup manusia. Itulah yang ditampakkan pada kutipan Injil hari ini. Dengan mengalami mukjizat Allah dalam kehidupan nyata kita semacam itu semoga iman kita akan Allah semakin ditumbuhkembangkan.
Bagi kita para Bruder dan Frater FIC, realitas bahwa hingga hari ini kita masih tekun dan setia dalam menjalani hidup di Kongregasi FIC sesungguhnya juga suatu mukjizat. Konstitusi art. 4 (Berkembang ke Arah Yesus) mengungkapkan, “Yesus mewahyukan kepada kita citra manusia yang memenuhi kehendak Allah secara sempurna. Oleh karena itu, menjadi manusia yang baik, menjadi manusia yang lebih baik, berarti berkembang ke arah Yesus, semakin menyerupai Yesus; menimba kehidupan dari hidup-Nya; menjadikan Kabar Gembira Kerajaan Allah pesan bagi kita sendiri. Kita mewujudkan hal ini dalam keterbatasan dan kelemahan kita, tetapi juga dalam kekuatan rahmat Allah yang mengangkat kita melampaui diri kita.”
Konstitusi mengajak kita untuk terus menyadari keterbatasan dan kelemahan kita dalam menjalani hidup ini. Karenanya hanya kekuatan rahmat Allah saja yang memungkinkan kita setia dalam Kongregasi FIC hingga hari ini. Itulah mukjizat yang kita alami.
Refleksi
Masihkah kita mengalami rasa takjub dengan realitas kita sebagai bruder/frater FIC hingga hari ini?
Doa (Bersama)
Allah yang penuh kasih, meskipun kami lemah dan rapuh, namun Engkau memercayakan anugerah agung panggilan suci kepada kami. Semoga kami senantiasa terbuka akan pertolongan-Mu hingga kami menyadari bahwa melulu hanya oleh rahmat-Mu kami bisa menjalani hidup dalam Kongregasi kami. Amin.
Pengutusan
Membangkitkan kerinduan untuk semakin terampil menangkap pertolongan Allah.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas St. Servatius, Kampung Sawah,
Bekasi:
1) Br. Yosef Anton Utmiyadi
2) Br. Christianus Eko Wahyudi
Senin, 20 Januari, Markus 2:18—22
Kebaruan
Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula." (Mrk. 2:21—22).
Jawaban Yesus atas pertanyaan orang-orang tentang mengapa para murid-Nya tidak berpuasa mengajak kita untuk merenungkan tentang aspek kebaruan dalam menjalani peziarahan hidup ini. Kebaruan itu mengandaikan kontekstualitas dan kebermanfaatan. Kebaruan juga mengandaikan keterbukaan untuk menyerap hal-hal baru dan kebesaran hati untuk meletakkan yang telah dijalani selama ini, lalu memulai cara baru tanpa mengabaikan yang prinsip dan hakiki. Begitulah cara kita menjalani hidup dalam keterbukaan akan tanda-tanda zaman.
Tentang keterbukaan akan tanda-tanda zaman Konstitusi art. 16 (Dalam Semangat Para Pendiri) mengungkapkan, “Kita berhasrat melaksanakan panggilan dan pengutusan kita dalam semangat para pendiri kongregasi. Kita merasa diri sesemangat dengan mereka. Kasih dan keprihatinan mereka kita terima sebagai kasih dan keprihatinan kita sendiri. Kita menganggap warisan mereka sebagai harta mulia, yang hanya dapat kita hayati dengan memberikan perhatian penuh hormat terhadap tradisi dan dengan tetap terbuka bagi tanda-tanda zaman.”
Refleksi
Adakah yang membuatku kurang terampil menangkap perkembangan konteks panggilan hidup sebagai Bruder FIC saat ini?
Doa (Bersama)
Allah, kasih-Mu hadir sepanjang masa. Engkaupun melibatkan manusia untuk menghadirkan kasih-Mu dari zaman ke zaman. Tolonglah kami untuk semakin mampu mengenali perkembangan zaman ini supaya kami dapat mengelola hidup kami, dan ikut serta menghadirkan kasih-Mu dalam kehidupan di zaman ini. Amin.
Pengutusan
Mengenali panggilan Allah dalam realitas hidup yang dialami hari ini.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas Santo Fransiskus Xaverius, Yogyakarta:
- Br. Petrus Heru Nugroho
- Br. Agustinus Marjito
- Br. Damasus Agung Marwilistyo
- Br. Titus Totok Trinugroho
- Br. Yustinus Tri Haryadi
- Br. Andreas Andri Anggun Pah
- Br. Hieronymus Wisnumurti Rahadyan
- Br. Deniz Lopes de Araujo
- Fr. David Juliawan Ndruru, OFMCap.
- Fr. Kaspar Indar Cahyadi W., OFMCap
Selasa, 21 Januari, Markus 2:23—28
Mengampuni Bukan Menghakimi
Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" (Mrk. 2: 23—24)
Para murid Yesus memetik bulir gandum sambil berjalan dan memakannya karena mereka lapar. Mereka dikritik oleh orang-orang Farisi sebab hari itu hari sabat. Pada hari itu orang-orang Yahudi menghormati Tuhan dengan tidak melakukan pekerjaan apa pun sebab Allah sendiri juga beristirahat pada hari yang ketujuh (Kel. 20:11; Kej. 2:2-3). Hari Sabat dimulai dari matahari terbenam Jumat petang hingga matahari terbenam Sabtu petang.
Yesus menanggapi dengan mengingatkan mereka akan Daud yang melarikan diri karena hendak dibunuh oleh Raja Saul (1Sam. 21:1-9). Dalam pelariannya, ia kelaparan. Imam Ahimelekh memberikan kepadanya roti kudus yang dipersembah-kan kepada Allah. Menurut kitab Imamat 24:5-9, roti ini dikhususkan untuk para imam dan harus dimakan di tempat kudus. Imam itu memberikan beberapa kepada Daud dan orang-orang yang melarikan diri bersamanya.
Yesus rupanya ingin menekankan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup manusia harus berada di atas peraturan yang bersifat legalistis. Hukum bukan untuk membuat hidup manusia lebih sulit, tetapi untuk membantunya hidup lebih baik dan bermartabat. “Sabat dibuat untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat” (Mrk. 2:27).
Dengan ini Yesus memperlihatkan bahwa diri-Nya bukan seorang yang legalis, tetapi seorang yang mencintai manusia. Dia tidak menekankan ketaatan pada hukum sebagai inti ajaran-Nya, melainkan kasih dan pengampunan
Kita hendaknya berkali-kali dengan murah hati memberikan pengampunan yang seorang kepada yang lain dan kepada mereka yang telah melukai kita. (Konst. FIC art. 72).
Refleksi
Bagaimana aku menghayati ketaatan kepada hukum dalam hidup bersama?
Doa (Bersama)
Bapa Mahapengasih dan pengampun, jauhkanlah kami, dalam hidup bersama di komunitas, dari sifat suka menghakimi sesama dengan berdasar pada peraturan legal-formal belaka. Karuniakanlah kami rasa belas kasih dan semangat pengampunan kepada sesama. Amin.
Pengutusan
Mengampuni, tidak menghakimi sesama.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas St. Aloysius, Sukaraja:
- Br. F.X. Teguh Supono
- Br. Ignatius Andri Pratomo
- Br. Paulinus
Rabu, 22 Januari, Markus 3:1—6
Tetap Berbuat Baik
Kemudian kata-Nya kepada mereka, "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. (Mrk. 3:4).
Banyak orang tertarik kepada Yesus karena ajaran-Nya dan berbagai mukjizat yang dibuat-Nya. Nampaknya orang-orang Farisi merasa tersaingi oleh Yesus. Mereka terus membuntuti Yesus. Mungkin ada rasa iri hati. Yesus menjadi ancaman bagi otoritas mereka. Maka mereka nyiyir, mencari-cari kesalahan Yesus untuk menjatuhkan-Nya. Mereka mengamat-amati-Nya, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang-orang sakit pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia.
Orang-orang Farisi sibuk mencari kesalahan orang. Mereka bersikap kritis, tetapi sebenarnya hanya ingin mencela. Bagi mereka, perbuatan baik apapun akan dinilai negatif. Walaupun demikian Yesus tetap berbuat baik. Hal ini menginspirasi kita untuk tetap melakukan kebaikan dengan tulus hati.
Seperti Yesus yang selalu dicari-cari kesalahan-Nya oleh orang-orang Farisi, demikianlah perbuatan baik yang kita lakukan tidak jarang tidak diterima atau bahkan dinilai jelek. Sebagai pemimpin, pemimpin apapun, biasanya menjadi orang yang disoroti oleh orang lain. Kalau tidak dipuji ya dimaki. Kalau kita mengalami hal yang demikian, kita hendaknya seperti Yesus tidak berhenti untuk berbuat baik
Sebagai bruder, kita menyadari bahwa kita dipanggil dan diutus bersama untuk ikut serta dalam karya Yesus. Ia berkeliling sambil berbuat baik. (Konst. FIC art. 15).
Refleksi
Bagaimana sikapku bila segala tingkah lakuku selalu dikritik oleh sesamaku?
Doa (Bersama)
Tuhan Yesus yang tangguh hati, ajarilah kami untuk tidak mudah marah atau putus asa bila perbuatan kami selalu dikritik, melainkan dapat menjadikan kritik sebagai hal positif untuk memperbaiki hidup kami. Amin.
Pengutusan
Menguasai diri, tidak menyalahkan orang lain.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas St. Yosef, Surakarta:
- Br. F.X. Djija Atmadja
- Br. Yohanes Sudarman
- Br. Paulus Sumarno
- Br. Andrias Purwanto
Kamis, 23 Januari, Markus 3:7—12
Seruan Penuh Iman Menyelamatkan
Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak, "Engkaulah Anak Allah." Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia. (Mrk. 3:11-12)
Yesus berhasil menyembuhkan banyak orang sakit dan membuat tersungkur roh-roh jahat. Yesus menyembuhkan orang sakit kusta (Mrk 1:40-45), sakit lumpuh (Mrk 2:1-12; 3:1-6). Roh-roh jahat berteriak, Engkaulah Anak Allah! Benar, Yesus sebagai Anak Allah. Sebab Yesus memang Anak Allah (Mrk 1:1). Namun, roh-roh itu berteriak bukan sebagai yang beriman percaya kepada Yesus dan mengasihi-Nya. Yesus mengasihi manusia yang kerasukan roh-roh jahat. Yesus bersikap tegas, keras dan tanpa kompromi terhadap roh-roh jahat. Kebenaran yang diserukan roh-roh jahat tidak ada gunanya, tidak membawa keselamatan bagi manusia yang dirasukinya. Maka Yesus melarang keras mereka untuk memberitahukan siapa Dia.
Kita sebagai orang beriman, yang telah percaya kepada Yesus, menyerukan nama Yesus, Anak Allah, yang juga adalah Tuhan. Seruan dengan penuh iman kepercayaan, tidak harus bersuara keras, melainkan dengan tenang dalam hati, seruan itu akan menyelamatkan. Kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus berkata, “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.” (Rom 10:13).
Iman adalah keajaiban yang mengagum-kan, mencakup misteri kehidupan kita yang terdalam. Iman adalah keberanian untuk hidup bersama dengan misteri itu. Iman bukanlah hasil usaha kita sendiri, dan tak pernah dipaksakan. (Konst. FIC art. 54).
Refleksi
Seruan pujian kepada Tuhan dalam doa yang aku lakukan setiap hari, sungguhkah disertai iman kepercayaan yang mendalam?
Doa (Bersama)
Tuhan Yesus, utuslah Roh Kudus ke dalam hati kami, sehingga kami mampu menyerukan nama-Mu, Anak Allah, Tuhan penyelamat kami dengan iman kepercayaan yang dalam. Amin.
Pengutusan
Berkontemplasi, menyerukan Tuhan Penyelamat kami dalam aksi.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas St. Vincensius a Paulo, Randusari, Semarang:
- Br. Yohanes Wiryasumarta
- Br. Markus Sugiyanto
- Br. Fransiskus Asisi Dwiyatno
- Br. Antonius Parjana
- Br. Pilipus Sukiran
- Br. Yohanes Triwuryanto
- Br. Agustinus Marsanto
- Br. Markus Sujarwo
- Br. Andrias Eko Susanto
- Fr. Charles Thomana, Pr
Jumat, 24 Januari, Markus 3:13—19
- Pw. S. Fransiskus dr Sales
Dipanggil dan Diutus
Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan (Mrk 3:13-15).
Yesus memanggil dua belas murid. Mereka datang kepada-Nya. Mereka ditetapkan menjadi Rasul. Mereka yang dipilih-Nya melakukan dua tugas, yaitu untuk menyertai-Nya dalam tugas pelayanan dan memberitakan Injil. Tugas berat, tetapi Tuhan melengkapi mereka dengan kuasa yang besar, melampaui kuasa setan-setan dan roh-roh jahat.
Tuhan juga memanggil kita untuk menyertai dan memberitakan Injil. Ia membutuhkan keterbukaan hati kita untuk bekerja sama dengan rahmat-Nya. Tugas untuk menyertai-Nya berarti bersama Dia, tinggal bersama-Nya, pergi atau berjalan bersama-Nya, berpikir bersama-Nya, dan makan bersama-Nya. Kita diharapkan menjadi sehati, sepikir dan seperasaan dengan Tuhan. Kemudian, kita diutus untuk memberitakan Injil. Injil adalah pribadi Yesus sendiri dengan segala karya dan pengajaran-Nya. Dialah injil atau kabar gembira bagi banyak orang yang percaya kepada-Nya.
Dalam menjalankan tugas pekerjaan sehari-hari, kita hendaknya berjalan bersama-Nya dan bekerja sama dengan-Nya. Ia mengundang kita untuk menyerahkan diri bagi pelayanan Kerajaan Allah. ( Konst. FIC art. 15).
Refleksi
Tuhan telah memanggil aku sebagai Bruder/Frater FIC, bagaimana aku menghayati menyertai Tuhan Yesus dan mewartakan Injil?
Doa (Bersama)
Tuhan, semoga kami selalu tinggal bersama-Mu untuk menyatukan hati, pikiran dan perasaan kami dengan-Mu serta senantiasa berjalan dan bekerja sama dengan-Mu. Amin.
Pengutusan
Mewartakan Injil dengan kesaksian hidup sehari-hari.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas St.Petrus Canisius, Muntilan:
- Br. Yohanes Guido Sukarman
- Br. Petrus Ponidi
- Br. Edmundus Sukapdi
- Br. Simon Andrus Briyanto
- Br. Robertus Ari Yunanto
- Br. Thomas Aquinas Prastianto
Komunitas SMA van Lith, Muntilan:
- Br. Yohanes Bosko Purwanto
- Br. Yusup Kuncoro Bowo S.
- Br. Hendrikus Ari Handoko
- Br. F.X. Kuswara Widigdo
Sabtu, 25 Januari, Markus 16:15—18
- Pesta Bertobatnya S. Paulus
Bertobat Menjadi Pewarta Injil
Lalu Ia berkata kepada mereka, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. (Mrk. 15:15-16).
Mewartakan Injil merupakan tugas semua anggota Gereja. Semua orang yang telah dibaptis dipanggil dan diutus untuk melanjutkan pengutusan Yesus dengan mewartakan Injil, baik dengan perkataan maupun perbuatan.
Hari ini kita merayakan pertobatan St. Paulus. Begitu pentingnya peristiwa pertobatan ini, St. Lukas menceritakannya sampai tiga kali dalam Kisah Para Rasul bab 9, 22 dan 26. Peristiwa ini ada yang menyebutnya sebagai peristiwa “pertobatan”, yang lain menyebutnya sebagai momen “pengutusan”.
Hidup Paulus berubah total, dari seorang yang membenci pengikut Yesus, berubah menjadi pengikut Yesus yang fanatik. Ia telah diubah oleh Tuhan. Perjumpaan dengan Tuhan yang bangkit dalam perjalanan ke Damsyik mengubah seluruh diri dan misi Paulus. Dulu pembela Taurat yang fanatik, berubah menjadi pewarta Injil yang gigih. Bagi Paulus pertobatannya sebagai pengalaman eksistensial, rohani, dan mendalam. Pandangannya tentang Allah diubah secara radikal.
Dia adalah rasul bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi (Kis. 9:15), misionaris terbesar dalam sejarah awal agama Kristen. Pauluslah yang mengubah sekte kecil Yahudi di Palestina itu menjadi agama besar yang mendunia. Paulus adalah seorang yang berdarah Yahudi, berwarga Romawi, dan berhati kristiani. Seluruh dirinya dijiwai oleh Kristus, “Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:20).
Kristus memanggil kita untuk membaktikan diri kita bagi datangnya Kerajaan Allah, yaitu kerajaan “kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus”.
(Konst. FIC art. 5).
Refleksi
Bagaimana aku melaksanakan pengutusan Tuhan? Apakah aku memiliki kegigihan dalam mewartkan Injil?
Doa (Bersama)
Tuhan, berilah kami keberanian dan ketotalan dalam mewartakan Kerajaan Allah. Amin.
Pengutusan
Membangun semangat yang gigih dalam melaksanakan tugas pengutusan.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas St. Fransiskus Asisi, Tumbang Titi:
- Br. Agustinus Agusono
- Br. Yohanes Baptista Suranto
- Br. F.A. Dendi Setiawan
- Br. Gregorius Anggara Tadon
Minggu, 26 Januari, Lukas 1:1-4; 4:14-21
Antusias Menyambut Injil
Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia. (Luk. 4:14—15)
Perikop Injil ini mengungkapkan kepada kita tentang awal mula pelayanan publik Yesus. Banyak orang mendengar tentang Dia dan menyambut-Nya dengan sangat antusias dan pujian. Namun, kita tahu bahwa keadaan dengan cepat berubah. Sejumlah orang akhirnya menjadi sangat memusuhi sehingga mereka membunuh Yesus.
Yesus mengajarkan perumpamaan tentang Penabur, yang menggambarkan pengalaman awal dari mereka yang merespon Injil pada awalnya. Benih yang ditaburkan di tanah berbatu, jatuh di antara duri, atau di tanah yang baik, semuanya mulai bertumbuh. Namun, hanya mereka yang acuh tak acuh terhadap Injil yang gagal bertumbuh karena dimakan burung.
Injil hari ini berfokus pada mereka yang memperhatikan dan pada awalnya merespon dengan antusias. Tugas kita bertumbuh ke arah itu (menyediakan diri seutuhnya), melalui semua kesukaran dan kekecewaan. Kita ingin mencapai cita-cita ini. (Konst. FIC art. 99).
Refleksi
Allah ingin kita terus mengalami Injil sebagai sesuatu yang baru dan berdaya ubah. Kebaruan dari kehidupan yang penuh kasih karunia tidak boleh luntur. Renungkanlah pengalaman ini dalam hidup Anda dan cobalah untuk melihat diri Anda sebagai salah satu orang dalam Injil hari ini yang baru pertama kali mendengar Yesus.
Doa (Bersama)
Firman Tuhan yang mulia, Engkau telah datang untuk membebaskan kami dengan menyatakan kasih dan belas kasihan-Mu kepada kami dan dengan melimpahkan anugerah itu kepada kami. Bukalah pikiran dan hati kami terhadap Firman-Mu yang kudus sehingga kami dapat terdorong oleh kasih yang kudus untuk melayani dan mengikut Engkau sepanjang hidup kami. Amin.
Pengutusan
Merenungkan tanggapan awal yang Yesus terima. Tanggapan awal ini harus terus- menerus menjadi hal yang baru dalam hidup kita, memotivasi untuk membiarkan Tuhan dan pemberitaan Firman-Nya yang kudus terus mentransformasi Anda.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas Tanjung, Kalimantan Barat:
- Br. Petrus Sutimin
- Br. Kristoforus Sangsung
- Br. Yohanis Ari Apelabi
- Br. Yohanes Sarwono
Senin, 27 Januari, Markus 3:22—30
Rendah Hati Siap Bertobat
Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata, "Ia kerasukan Beelzebul," dan, "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan." (Mrk. 3:22).
Ahli-ahli Taurat mempertanyakan kemampuan Yesus untuk mengusir setan, karena mereka percaya bahwa hal itu dilakukan dengan kuasa penghulu setan. Yesus menyatakan bahwa tuduhan mereka adalah dosa terhadap Roh Kudus, dengan mengatakan bahwa sikap keras kepala dan penolakan mereka untuk merendahkan diri telah membuat mereka melakukan “dosa kekal.”
Perikop ini menekankan pentingnya kerendahan hati dan keterbukaan terhadap perubahan dalam hidup. Ini menekankan bahaya kesombongan dan perlunya bersikap terbuka terhadap perubahan. Kerendahan hati membantu kita mengingat bahwa kita dapat dengan mudah disesatkan, dan jika kita tetap rendah hati, kita dapat menerima belas kasihan dan pengampunan Allah. Menolak untuk mengakui kesalahan kita dapat menyebabkan dosa terhadap Roh Kudus. Untuk memperoleh keselamatan dan hidup bahagia di dunia ini, perlulah setiap orang percaya (rendah hati) kepada Tuhan. (Br. Bernardus Hoecken – Petunjuk-Petunjuk Bagi Para Pemimpin … hlm. 87)
Refleksi
Renungkanlah sikap keras kepala dalam hidup Anda, karena hal itu dapat menjadi suatu kebajikan jika hal itu merupakan komitmen yang teguh terhadap Injil dan kehendak Allah. Namun, periksalah kembali jalan Anda ketika menyimpang dari kebenaran. Rendahkanlah diri Anda dan izinkan suara Tuhan untuk menuntun Anda kembali dari kesalahan.
Doa (Bersama)
Yesus yang penuh belas kasihan, kami berbuat dosa setiap hari dan akan terus gagal untuk mengikut Engkau dengan sempurna. Untuk alasan ini, terima kasih atas belas kasihan-Mu yang berlimpah. Tolonglah kami untuk selalu terbuka terhadap belas kasihan-Mu dengan secara teratur memeriksa kembali keputusan-keputusan dalam hidup kami. Berilah kami kerendahan hati, Tuhan, untuk selalu bertobat dan kembali kepada-Mu ketika kami tersesat. Yesus, kami percaya kepada-Mu. Amin.
Pengutusan
Membangun keutamaan “rendah hati” dihadapan Tuhan.
Berdoa khusus bagi:
Komunitas St. Aloysius, Pemalang:
- Br. Christoforus Sukarman
- Br. Valentinus Naryo
Selasa, 28 Januari, Markus 3:31—35
Melakukan Kehendak Allah
"Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." (Mrk. 3:34—35)
Yesus mengatakan banyak hal yang membuat orang berhenti sejenak dan berpikir. Perikop Injil hari ini adalah salah satunya. Tepat sebelum perikop yang dikutip di atas, Yesus diberitahu bahwa ibu dan saudara-saudara-Nya sedang berada di luar mencari Dia. Setelah mendengar hal ini, alih-alih menyapa mereka, Dia malah bertanya kepada orang-orang di sekeliling-Nya, “Siapakah ibu dan saudara-saudara-Ku?” Kemudian Dia melihat sekeliling-Nya dan menjawab pertanyaan-Nya sendiri dengan ayat-ayat Alkitab yang dikutip di atas.
Yesus tidak mengingkari anggota keluarga-Nya, tetapi membangun konteks yang lebih dalam untuk keluarga baru-Nya dalam kasih karunia. Dia menekankan pentingnya ikatan rohani yang dibangun melalui kepatuhan kita terhadap kehendak Allah. Ibu Yesus dianggap sebagai ibu-Nya, dan kita semua dapat menjadi “ibu” dan “saudara-saudari”- Nya, dengan melakukan kehendak Allah, menikmati persatuan rohani yang mendalam dengan-Nya.
Refleksi
Anda dipanggil untuk menjadi lebih dari sekadar saudara Kristus Yesus secara fisik. Anda dipanggil untuk persekutuan yang erat, yang paling intim dan berdaya-ubah yang dapat dibayangkan. Dan persatuan ini akan semakin sempurna ketika Anda berusaha untuk memenuhi kehendak Allah dengan segenap hati, pikiran, jiwa dan kekuatan Anda.
Doa (Bersama)
Tuhan kami yang terkasih, kami sangat ingin menjadi anggota keluarga-Mu yang paling intim dalam kasih karunia-Mu. Tolonglah kami untuk selalu membaktikan diri kami sepenuhnya kepada pemenuhan kehendak Bapa kami di Surga. Dan ketika kami semakin menyelaraskan kehendak kami dengan kehendak Bapa, tariklah kami semakin dalam ke dalam persatuan dengan-Mu. Amin.
Pengutusan
Membangun persekutuan yang erat dengan Yesus Kristus dan sesama. Dalam persekutuan yang erat dengan Yesus Kristus, dengan sesama bruder, dan dengan sesama manusia, kita mengabdikan diri kepada pertumbuhan terus-menerus Kerajaan Allah di dalam diri kita, di dalam persekutuan kita, di dalam Gereja, dan di dalam dunia tempat kita hidup. (Konst. FIC Refleksi Dasar).
Berdoa khusus bagi:
Komunitas Ainaro, Timor Leste:
- Br. Blasius Supriyantoro
- Br. Jose Maria de Araujo Barreiro
Komunitas Bedois, Dili, Timor Leste:
- Br. Bonaventura Zeca M.S.
- Br. Arcancio Amaral
Rabu, 29 Januari, Markus 4:1—20
Keinginan Hati Terdalam
“Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah." (Mrk. 4:18—19)
Perumpamaan ini menggambarkan empat kelompok orang: (1) mereka yang memiliki hanya sedikit atau bahkan tidak memiliki iman, (2) mereka yang berada di tanah yang baik tapi berbatu, (3) mereka yang berada di tanah yang subur tetapi ber-semak duri, dan kelompok keempat (4) mereka yang berakar kuat di dalam Firman Tuhan dan berbuah.
Ada tiga setan yang menghalangi Firman Tuhan tumbuh dalam hidup kita: “Kekhawatiran duniawi, iming-iming kekayaan, dan keinginan akan hal-hal lain.” Penderita kecemasan sering kali mencari penyembuhan melalui kekayaan materi atau “keinginan akan hal-hal lain” seperti kenikmatan daging. Namun, ketika Pribadi Yesus dan pesan Injil tidak menuntun hidup kita, kita dibiarkan mencari jalan keluarnya sendiri, yang mengarah pada hilangnya pengharapan, kedamaian yang mendalam, dan munculnya ketakutan. Kabar Gembira Yesus merupakan Aturan Hidup kita yang paling asasi. Sabda dan teladan-Nya kita jadikan pedoman hidup kita. Kita berhasrat tumbuh ke arah Dia, semakin menimba hidup dari hidup-Nya. (Konst. FIC art. 69).
Refleksi
Menyadari kekhawatiran, harapan, atau idaman yang terdalam. Ingatlah bahwa kehendak dan kebenaran Tuhan yang kudus adalah satu-satunya sumber kepuasan.
Doa (Bersama)
Tuhan yang penuh belas kasihan, tolonglah kami untuk terbuka sepenuhnya kepada Firman-Mu yang kudus sehingga benih Firman-Mu dapat tertanam di kedalaman hati kami. Semoga kami selalu menolak berbagai kebohongan dan tipu daya dunia sehingga kami dapat terbebas dari kecemasan dan kenikmatan hidup yang fana. Semoga kami hanya mencari kenikmatan yang mendalam dan berkelanjutan yang datang dari kehidupan yang sepenuhnya diserahkan kepada-Mu sehingga kami akan hidup dalam kedamaian dan kasih karunia kehendak-Mu yang kudus. Amin.
Pengutusan
Memperdalam hati dengan kebenaran Allah, mengizinkannya bertumbuh dan menghasilkan buah-buah baik yang berlimpah yang diinginkan.
Berdoa khusus bagi:
- Para Bruder yang menderita sakit dan yang mengalami kesulitan dalam hidup mereka.
- Keluarga para Bruder, sahabat, dan kenalan yang sakit dan yang sedang menghadapi berbagai persoalan dalam hidup mereka.
Kamis, 30 Januari, Markus 4:21—25
Manifestasi Jiwa
Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. (Mrk. 4:22).
Suatu kalimat kecil yang sungguh menarik dalam Injil untuk hari ini. Dalam Katekismus Gereja Katolik no. 1039 antara lain tertulis: Di depan Kristus, yang adalah kebenaran, akan nyata secara definitif hubungan setiap manusia dengan Allah yang sebenarnya (Bdk. Yoh. 12:49). Pengadilan terakhir akan membuka sampai ke akibat-akibat yang paling jauh, kebaikan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh setiap orang selama hidupnya di dunia ini.
Kalimat dari Katekismus ini tampaknya menunjukkan bahwa baik tindakan baik maupun tindakan jahat kita akan diungkapkan untuk dilihat semua orang.
Pada Penghakiman Terakhir, jika setiap tindakan dalam hidup kita diperlihatkan, hal itu akan membuahkan kemuliaan Allah dan sukacita yang besar bagi mereka yang ada di Surga. Allah akan menyatakan pertobatan, penyucian, dan pengampunan kita, yang menuntun pada Persekutuan Para Kudus yang memuliakan Allah dengan cara yang sama seperti kita bersyukur kepada-Nya atas belas kasihan dan pengampunan-Nya.
Refleksi
Merefleksikan kemungkinan dari momen yang mulia itu, saat pengadilan terakhir. Penghakiman akan hilang. Hanya sukacita dan rasa syukur yang akan tersisa. Sungguh suatu momen yang sangat mulia!
Doa (Bersama)
Hakim kami yang mulia, kami bersyukur kepada-Mu atas belas kasihan dan pengampunan-Mu dalam hidup kami. Kami berterima kasih kepada-Mu karena telah membebaskan kami dari segala dosa. Teruslah menyucikan jiwa kami dan membebaskan kami dari keterikatan pada segala dosa. Semoga kami tidak pernah melupakan semua yang telah Engkau lakukan bagi kami, dan semoga belas kasihan-Mu menjadi penyebab sukacita kekal dan kemuliaan-Mu yang kekal. Amin
Pengutusan
Sering mengingat pengampunan Allah dan terus bersukacita atas fakta itu. Bersukacita bersama di dalam belas kasihan Allah yang luar biasa dan memandang satu sama lain dengan rasa syukur, yaitu rasa syukur bahwa kita manusia, bahwa kita orang Kristen, bahwa kita religius. (Konst. FIC art. 117).
Berdoa khusus bagi:
Bruder Dewan Provinsi Indonesia
- Br. Agustinus Giwal Santoso
– Pemimpin Provinsi
- Br. Martinus Hans Gendut S.
– Wakil Pemimpin Provinsi
- Br. Petrus Anjar Tri Hartono
– Anggota Dewan
- Br. FA Galih Sih Hartanta
– Anggota Dewan
- Br. Albertus Suwarto
– Anggota Dewan
Jumat, 31 Januari, Markus 4:26—34
Transformasi Dalam Kasih
Lalu kata Yesus, "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. (Mrk. 4:26-27)
Firman Tuhan mengubah kehidupan, diibaratkan seperti menanam benih. Penabur mengamati pertumbuhan benih itu, meskipun ia tidak tahu bagaimana terjadinya. Mengamati pertumbuhan Firman Tuhan dalam jiwa adalah sebuah praktik yang kudus, yang memungkinkan kita untuk menyaksikan transformasi kehidupan yang misterius, dari dosa menjadi kebajikan, doa, dan kasih kepada Allah. Menumbuhkan rasa kagum dan syukur.
Jika Anda merasa sulit untuk menghubungkan diri Anda dengan Firman Tuhan, berusahalah untuk membiarkan Firman Tuhan berdampak secara mendalam pada jiwa Anda.
Menghayati Konstitusi FIC artikel 68, akan mengantar kita kepada transformasi diri terus menerus: Kita ingin membuka hati dan budi kita terhadap Sabda Allah dengan sering dan secara teratur membaca dan merenungkan teks-teks Kitab Suci. Dalam Kitab Suci, kita membaca bagaimana Allah memper-kenalkan diri-Nya sebagai Allah yang hadir di dunia kita dan dalam sejarah umat manusia, yaitu bagaimana Dia mewahyukan diri-Nya.
Refleksi
Merenungkan dan mengambil inspirasi dari pertumbuhan rohani para kudus, yang mengalami perubahan besar dalam hidup mereka melalui Firman Tuhan. Mereka menjadi ciptaan baru, yang diubah oleh rahmat Allah.
Doa (Bersama)
Tuhan yg mengubah diri kami, kami bersyukur kepada-Mu atas cara Engkau menaburkan benih Firman-Mu yang kudus ke dalam hidup kami. Kami berterima kasih kepada-Mu atas cara Engkau mengubah kami, membebaskan kami dari dosa dan menempatkan kami di jalan kekudusan. Pakailah kami, Tuhan, untuk menabur benih itu dalam kehidupan orang lain dan penuhi kami dengan rasa takjub dan kagum ketika kami menyaksikan tangan-Mu yang penuh belas kasih. Amin
Pengutusan
Secara teratur membaca dan merenung-kan teks-teks Kitab Suci.
Berdoa khusus bagi:
Bruder Dewan Umum
- Br. Agustine Kupdaar
– Pemimpin Umum
- Br. Michael Sidharta S.
– Wakil Pemimpin Umum
- Br. Raphael Besigrinee
– Anggota Dewan
- Br. Agustinus Marjito
– Anggota Dewan