
Panti Asuhan Putra Sancta Maria Boro
Permohonan Pastor Prennthaler kepada pemimpin umum Kongregasi FIC agar ikut serta berkarya di Boro, pada tahun 1936, dikabulkan pada tahun 1938. Karya yang dipercayakan kepada para Bruder FIC, selain beberapa sekolah, adalah suatu kar ya yang sungguh baru, yakni panti asuhan. Pada waktu itu panti asuhan dikelola oleh Bp. Martodiharjo. Keadaannya sangat sederhana. Anak- anak di titip kan pada rumah keluarga. Persoalan tempat ini harus diselesaikan. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk membangun panti asuhan.
Pengambilalihan panti asuhan dilaksanakan pada 5 Agustus 1938, dan diberi nama Panti Asuhan Santa Maria. Tanggal tersebut kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran panti asuhan. Panti asuhan ini hanya untuk anak laki-laki.
Semangat melayani dan memperhatikan sesama terlebih yang membutuhkan, yang dihidupi para Bruder FIC, menjadi dasar dalam mengelola karya panti asuhan. Suasana yang dibangun di panti asuhan adalah suasana kekeluargaan, sebagaimana juga dihidupi para bruder dalam komunitas. Di panti asuhan, anak-anak diasuh dan dibimbing seperti di dalam keluarga. Pengasuh atau pembimbing berperan sebagai orang tua. Anak-anak diperhatikan, diberi makan cukup, diberikan pendidikan yang memadai, dibiasakan untuk ikut terlibat memelihara rumah, dilatih memenuhi kebutuhan pribadi, dan dibimbing untuk mengembangkan aneka keterampilan yang memungkin kan anak mengembangkan diri. Di samping itu antar-anak pun dibiasakan untuk saling mengasihi, saling memperhatikan, saling membantu, saling menguatkan. Itulah suasana panti asuhan yang diperjuangkan dari hari ke hari. Menjadikan panti asuhan sebagai keluarga besar yang diwarnai persaudaraan sejati yang dilandasi cinta kasih merupakan suatu keharusan, karena anak-anak yang tinggal di situ sangat beragam, baik dari segi umur, latar belakang keluarga, suku, dan ras.
Anak-anak panti datang dari berbagai kota dan daerah di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku, dan Papua. Saat datang, wajah mereka sangat menunjukkan bahwa mereka benar-benar kurang mendapatkan perhatian. Hal ini bisa dipahami karena anak-anak tersebut datang dari latar belakang yatim piatu, keluarga ekonomi lemah, broken home, dan lain-lain.
Untuk mewujudkan pendampingan yang baik dan optimal, di samping diciptakan suasana kekeluargaan, kehidupan harian panti asuhan pun diatur. Anak-anak diajak untuk mengikuti peraturan, tata tertib, dan jadwal secara baik dan disiplin. Juga disediakan cukup pendamping atau pengasuh bagi anak-anak. Selama ini, bruder kepala panti asuhan dibantu oleh bruder lain dan awam yang jumlahnya kurang lebih 10 orang. Selain tugas umum mendampingi/mengasuh, mereka bertanggung jawab pada tugas-tugas khusus yang dipercayakan, misalnya tugas kesekretariatan/administrasi, finansial, bidang-bidang pengembangan (fisik, mental, sosial, spiritual, sarana prasarana, dan humas).